Bahaya Lisan





Diambil dari ceramah ustadzah Aafiyah Makkah dari group wa Taj Al Waqar 
Terjemah oleh kak Annisa

Pelajaran mahal, jika menggibahi orang, maka pahala kita akan megalir kepada orang yang kita benci. Kita banyak berbicara tanpa menjaga kata-kata kita. Yang melakukan ini memiliki semangat yang buruk. 

Mereka bahkan bisa menggibahi orang yang mereka cintai. Kita semua tahu bahwa fitnah adalah haram. 

Bahaya dosa dari lidah diantaranya seseorang membicarakan antara saudaranya keburukan atau kekurangannya yang ia tidak sukai bila dibicarakan. 

Mereka berkata, wahai Rasulullah bagaimana jika yang aku bicarakan adalah memang sesuai dengan keadaannya? Rasulullah menjawab jika ia sungguh  seperti itu maka engkau telah menggibahinya, tapi kalau keadaannya tidak benar maka kamu telah melakukan fitnah. Sayangnya amat banyak orang melakukan ghibah ini kecuali bagi orang-orang yang Allah beri taufiq terlindung dari nya. 

“Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwsanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tahukah kalian apakah ghibah itu?”. Sahabat menjawab: “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui”. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: “Yaitu engkau menyebutkan sesuatu yang tidak disukai oleh saudaramu”, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya: “Bagaimanakah pendapat anda, jika itu memang benar ada padanya ? Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Kalau memang sebenarnya begitu berarti engkau telah mengghibahinya, tetapi jika apa yang kau sebutkan tidak benar maka berarti engkau telah berdusta atasnya”. Muslim no 2589

Menjaga lisan dari ghibah adalah hal yang sangat berat, contoh kamu ketemu wanita dari daerah atau negara lain yang kamu tidak sukai lalu kamu katakan, "wanita dari negara fulanah biasanya buruk sekali kelakuannya", ketahuilah kamu sudah menggibahi semua wanita dari daerah atau negara tersebut.  Dan kelak di akhirat akan bertemu dengan semua wanita tersebut untuk dimintai pertanggungjawaban. Bayangkan bila ada 1000 wanita. Mereka semua minta pertanggangjawaban darimu. Lalu bagaimana kamu bisa menyelamatkan dirimu?

Kadang di medsos, mereka membuat meme tentang kejelekan 3 orang wanita dari 3 negara yang menggambarkan keburukan wanita negara itu secara umum. Dan ini adalah ghibah. contoh lain seorang wanita menggibahi seorang laki-laki yang mengatakan ,"Dasar laki-laki mah semuanya jelek, nggak jujur, dll. Maka di akhirat kamu akan bertemu dengan semua laki-laki tersebut dan dimintai keadilan. Contoh yang sama: Di Mesir ada pepatah, "Kalau kamu mempercayai laki-laki sama dengan kamu percaya pada air di saringan." 


Mungkin ada wanita yang ngomongin tentang anaknya, "anakku begini, anak wanitaku begitu." ini juga masuk dalam ghibah. Jadi ingat-ingatlah apa itu ghibah yaitu kamu memberitakan tentang aib atau hal seseorang yang ia benci bila dibicarakan meskipun itu adalah anakmu sendiri atau suamimu sendiri. Bahkan kalau  kamu membicarakan keburukan suami mu dihadapan anakmu.


“Dari Abu Hudzaifah dari ‘Aisyah bahwasanya beliau (‘Aisyah) menyebutkan seorang wanita lalu beliau (‘Aisyah) berkata :”Sesungguhnya dia (wanita tersebut) pendek”….maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata :”Engkau telah mengghibahi wanita tersebut” (Riwayat Abu Dawud no 4875 dan Ahmad (6/189,206), berkata Syaikh Abu Ishaq : “Isnadnya shohih”)

Maka memberikan isyarat-isyarat yang merendahkan orang lain maka ini termasuk ghibah.  Sama halnya mengatakan tentang seseorang bahwa ia narsis, sombong, maka ketahuilah kamu telah menggibahinya. Kamu telah mengatakan kalimat yang bila kamu lemparkan ke laut maka ia akan berbau.

“Dari ‘Aisyah beliau berkata: Aku pernah berkata kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Cukup bagimu dari Shofiyah ini dan itu”. Sebagian rawi berkata :”’Aisyah mengatakan Shofiyah pendek”. Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: ”Sungguh engkau telah mengucapkan suatu kalimat, yang seandainya kalimat tersebut dicampur dengan air laut niscaya akan merubahnya”


‘Ubaid ra, bekas budak Nabi saw yang telah dimerdekakan mengisahkan,  bahwasanya ada seseorang datang dan mengabarkan kepada Nabi saw tentang dua orang wanita yang berpuasa dan sekarat karena kehausan.  Nabi saw berpaling tanpa bicara dan menolak mengijinkan wanita-wanita itu berbuka.  Lalu, orang tersebut memohon kembali dengan menggambarkan wanita-wanita itu telah hampir mati.  Nabi saw berkata, “Bawa mereka kepadaku dan bawa pula sebuah mangkuk.”  Ketika mereka telah menghadap, beliau menghadap ke salah seorang wanita itu dan memerintahkannya untuk muntah ke dalam mangkuk.  Ia melaksanakannya dan mengeluarkan campuran darah, nanah, muntah dan dagung busuk yang memenuhi setengah mangkuk.  Beliau segera berpaling kepada yang lain dan memerintahkan hal yang sama.   Setelah mangkuk tersebut penuh, beliau bersabda, “Sesungguhnya kedua orang ini telah berpuasa menahan diri dari apa yang dihalalkan Allah, dan membatalkan puasa mereka dengan apa yang diharamkan Allah.  Mereka menghabiskan waktu puasanya dengan memakan daging bangkai orang lain.”[HR. Imam Ahmad]


Dari mana daging berasal ketika perut mereka kosong? Mereka sekarat karena kelaparan? Allah menunjukkan kepada orang-orang mukjizat, bahwa fitnah kenyataannya seperti memakan daging orang tersebut.


Diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah bahwa ia berkata, Kami bersama nabi shallallahu'alaihi wasallam ketika angin bertiup kencang berbau tidak enak. Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam berkata, "Apakah anda tahu angin apa ini? Ini adalah dari orang-orang yang memata-matai orang beriman." (Dihasankan oleh syeikh al-albani)

Cerita lain, seorang laki-laki bertanya tentang mimpinya, ia melihat dirinya menanam pohon tapi selalu diambil oleh syaikh Sudais. Tanaman hijau adalah tanda mimpi yang baik. Syaikh bertanya, "apakah kamu pernah menggibahi syaikh Sudais?,"  Ia menjawab, "Tidak, aku hanya mengomentari cara bacanya dan mengatakan syaikh lain lebih baik bacanya  dari pada syaikh Sudais." 


Bayangkan ia tidak menyadari kalau perkatannya telah berghibah.


Ada wanita yang juga kerap bermimpi, ternyata ia hanya pernah komentar tentang menantunya bahwa ia kalau masak selalu kurang garam, kurang matang. Benar-benar hal yang dianggap remeh dan tidak bermaksud berbuat buruk namun ini ternyata mengambil pahalanya. Maka bayangkan bagaimana pula kalau seseorang memang berniat untuk berghibah?


Lalu bagaimana kita bertaubat kepada Allah?


Pertama kita fokuskan diri untuk berhenti dari ghibah. Sebelum bicara tentang bagaimana cara taubatnya, kita bicara bagaimana bisa berhenti ghibah. Karena mencegah lebih baik dari pada mengobati. Maka hindari orang yang suka berghibah. Reaksi pertama jika kamu bertemu dengan orang yang menggibah adalah hentikan dia dan lindungi dirimu sendiri dari neraka. Berdoa, agar Allah mensucikan lisan-lisan kita


Kedua, hindari bertemu dengan ahli ghibah.


Jika tidak menimbulkan mudharat yang lebih besar maka meminta maaf kepada orang yang telah dighibahi. Ini perkara yang berat. Tapi apakah kamu bisa menanggung dosamu kelak digantungkan di lehermu?


Solusi ketiga, banyak beristighfar dan memintakan istighfar kepada orang yang pernah dighibahi dan bersedekah atas namanya dan mendoakan kebaikan baginya.


Lalu kapan kamu boleh membongkar atau mengadukan problemmu pada orang lain?

1. Di hadapan hakim.
2. Dihadapan mufti (ustadz yang kompeten) untuk menanyakan perkara ini bagaimana hukumnya.
3. Saat konsultasi kepada ahlinya dan hanya mengungkapkan yang perlu diketahui untuk mencari solusi.
4. Sebagai pengajaran atau hikmah seperti istri kepada suaminya menceritakan kelakuan nakal anaknya untuk membenarkan kelakuannya.

semoga Allah memberi limpahan Rahmat dan kasih sayang nya kepada kita semua.














































Komentar

Postingan Populer