KISAH ABU HANIFAH & WANITA SHOLEHAH


Kisah ini adalah kisah nyata kehidupan Tsabit bin Ibrahim rahimakumullah.
seorang Tabi'in yang sangat memperhatikan apa yang masuk ke dalam dirinya.
Kisah ini terdapat dalam kitab 60 Biografi ulama salaf.

Tsabit sedang berjalan di pinggiran kota Kufah,Iraq.Saat itu panas sedang melanda daerah tersebut, sehingga Tsabit pun kehausan. Qadarullah sewaktu ia berjalan menyisiri sebuah rumah dekat pohon buah Apel, sebuah apel tersebut jatuh kejalan. Melihat buah apel yang sudah ranum itu Tsabit yang kehausan itupun memakannya tanpa pikir panjang. Setelah setengah buah dimakannya dengan lahap, Tsabit pun terkejut dan tersadar,bahwa apel ini bukanlah miliknya.Sehingga ia segera memasuki rumah tersebut untuk meminta izin ke pemiliknya.

Tetapi sang pemilik yang juga pemilik kebun tersebut tidak tinggal disitu. Tsabit hanya bertemu dengan pembantunya dan iapun menanyakan dimana sang pemilik itu tinggal. Pembantu tersebut memberitahukan letak rumah pemilik kebun adalah sehari semalam bila berjalan kaki.

Tapi Tsabit tidak memperdulikannya dan ia pun bertekad tetap ingin menemui sang pemilik...
Karena ia teringat sabda baginda tercinta kita,Muhammad Shallallahu'alaihi wasallam, "bahwa daging yang tumbuh dari barang haram lebih berhak untuk dineraka. Setelah berjalan selama sehari semalam itu Tsabit pun sampai ke rumah sang pemilik buah apel, ia pun segera mengetuk pintunya.
Alhamdulillah sang pemilik sedang di rumah.



Tsabit memuji sang pemilik dengan kata tuan yang pemurah dan ia pun menceritakan bahwa ia sudah terlanjur memakan buah apel dikebun beliau dan ia berharap apel tersebut diikhlaskan.

Sang pemilik tersebut paham bahwa kebunnya itu jauh jaraknya. Tapi pemuda ini rela datang hanya untuk meminta izin. Lantas sang pemilik ini pun bersedia untuk menghalalkannya namun dengan satu syarat.

Syaratnya adalah Tsabit harus mengawini puterinya sebagai manusia normal, Tsabit pun bertanya, Apakah karena setengah apel yang kumakan, engkau meminta saya untuk menikahi puterimi? Pemilik kebun itu pun mengatakan bahwa putrinya memiliki banyak kekurangan. Puterinya adalah seorang yang lumpuh, bisu lagi tuli dan buta.

Tsabit pun terhenyak....
Tapi ia berpikir sebagaimana orang berimana pikirkan. Bahwa Ridha Allah jauh lebih baik dari pada keinginan dunia. Karena ia berharap Allah meridhainya. Dan ia pun bersedia untuk menikahi puteri pemilik kebun tersebun.


Singkat cerita sampailah ia dimalam pertamanya. Ia ucapkan salam sebelum memasuki kamar pengantinnya walaupun ia ragu, karena sang wanita adalah seseorang yang tuli dan bisu. Alangkah terkejutnya Tsabit sewaktu salamnya dijawab oleh wanita tersebut dengan baik. Tsabit makin terkejut lagi sewaktu ia menjulurkan tangan ke arah wanita tersebut, sang pengantin puteri pun menyambutnya dengan tangannya pula. Sambil terheran-heran, ia pun menanyakan kepada wanita tersebut karena yang ia ketahui dari ayahnya wanita tersebut adalah seorang wanita yang bisu, tuli lagi buta dan lumpuh. Tetapi yang ia lihat kini adalah seorang wanita yang cantik jelita yang tidak buta, tidak tuli dan tidak bisu apalagi lumpuh.

Dijawablah oleh wanita tersebut...
Mengenai kebutaan yang diceritakan ayahnya, ia berkata ayahnya benar. Karena ia tidak pernah melihat apaun yang diharamkan oleh Allah, mengenai ketuliannya, ayahnya pun berkata benar, karena ia tidak mau mendengar apapun yang tidak mendatangakan Ridha Allah. Dan ia pun membenarkan kebisuan dan kelumpuhan dirinya karena ia tidak pernah mengucapkan sesuatu selain asma Allah yang dapat mendatangkan Ridha Allah. Ia juga tidak pernah pergi ke tempat yang tidak diridhoi oleh Allah.

Wajahnya kata Tsabit 'seperti bulan purnama dimalam yang gelap.'
Cerita ini didapat dengan sanad shahih seperti halnya hadits-hadits Nabi, artinya kebenarannya benar adanya.

Dan nama orang itu adalah "Nukman  ibn Thabit ibn Zuka ibn Marzuban
atau lebih dikenal dengan "Iman Abu Hanifah" pendiri dari Mazhab besar Islam, Hanafiyah School of Thought.

..........................

kisah ini sudah pernah saya baca sejak masih SD, namun saat itu berfikir bahwa cerita ini hanya sebuah dongeng  anak-anak, sampai kuliah pun kisah ini masih teringat terus di kepala saya,... tetapi buah yang saya ingat  bukan buah apel namun buah jambu putih (hehehe), ^_* mungkin karena di kampung dulu banyak jambu putih dipinggiran sungai yang beramai-ramai dengan teman-teman mencarinya saat hujan atau datang angin yang kencang, begitulah petualangan kami yang pemberani walau badai datang menerjang.^o^...
pas buka-buka internet kemarin eh dapat kisah ini lagi dan ternyata fakta??? Masya Allah Subhanallah....Sungguh menakjubkan...

Kisah Abu Hanifah sangat banyak, Abu Hanifah terkenal dengan kecerdasan ilmunya sehingga mampu berdebat dengan siapa saja yang menentang Allah...dan semuanya KO jika Abu Hanifah sudah menjawab pertanyaan mereka karena semuanya dibantah dengan menggunakan dalil Al-Qur'an dan sabda Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam.

Semoga bermanfaat.

Komentar

Postingan Populer