Aku Seorang Istri
Sekarang
semuanya sudah berubah setelah aku menjadi istri. Cita-cita semasa remaja dulu yang melambung
tinggi ke angkasa raya seketika aku ganti menjadi cita-cita yang berkaitan
dengan aku seorang istri. Yah memang tak mudah, tapi semuanya akan terasa mudah
dan menyenangkan jika kita menysukurinya. Mungkin aku termasuk di dalamnya yang
bersyukur menjadi istri dari suami yang aku anggap dia sholih, taat beribadah dan berakhlak baik kepadaku. Akupun
mencintainya, sangat mencintainya.
Meskipun
sekarang aku tidak bekerja diluar, tapi aku merasa pekerjaanku sekarang semakin
bertambah dengan statusku yang baru. Orang lain mungkin melihatnya aku
pengangguran yang kerjanya hanya di dalam rumah. Tidak seperti dulu, yang bisa terbang kesana kemari untuk
berbagai aktivitas yang aku geluti. Singkatnya orang bilang, sayapku patah
setelah menikah. Sudah tidak bisa beraktivitas lagi seperti dulu, dulu yang
begitu banyak beraktivitas diluar rumah.
Sampai-sampai aku melupakan hadits Rasulullah shallallahu’alaihi
wasallam yang berbunyi, “Sebaik-baik wanita adalah di dalam rumahnya.” Namun, sesungguhnya aku pun sangat bahagia
dengan aktivitasku dulu yang sempat membuatku sedikit down pada masa awal
setelah menikah karena tidak lagi beraktivitas seperti biasanya. Aku pun
berfikir sayapku memang benar-benar telah
patah.
Tiga
hari setelah menikah, aku dibawa oleh suami ke Jakarta. Di Kota inilah awal aku
merasakan perubahan yang begitu besar, rasanya seperti mimpi. Dalam sekejap
statusku berubah dan saat itu pula kukatakan , “ternyata sekarang aku benar-benar
telah menjadi seorang istri”. Seseorang yang
akan berpengaruh besar dalam membawa
kehancuran atau keharmonisan rumah tangga. Saat itu pula aku sadar, ada sesosok
mahluk yang tidak halus alias laki-laki, berjenggot pula dengan bulu-bulu panjang
di betis yang begitu asing tertidur
dengan pulasnya disampingku. Yah, dia tepat berada disampingku. Orang yang baru
saja aku kenal, yang baru saja aku ajak bicara dan baru saja aku melihat
wajahnya. Dialah suamiku yang akan menjadi bagian besar dalam hidupku, yang
akan menjadi penyemangatku dan penyejuk mataku. Aku berharap pertemuan ini
tidak hanya di dunia tapi juga di surga. Amin ya Rabbal ‘Alamin.
By:
Aina Azzahrah
Di tulis di Bengkulu, 17 September 2015
Baru posting sekarang, soalnya lupa kalau pernah nulis.
Komentar
Posting Komentar