Perbedaan Ahli Ilmu dan Ahli Ibadah
Diceritakan dari Abdullah bin Amr bahwa keutamaan seorang yang berilmu dibandingkan dengan seorang ahli ibadah adalah tujuh puluh derajat. Setiap diantara dua derajat, jaraknya sama dengan perjalanan kuda selama tujuh puluh tahun. Hal itu dikarenakan setan menebarkan sesuatu yang sesat, lalu orang yang berilmu mengetahuinya dan melarang orang melakukannya. Sedangkan seorang ahli ibadah, ibadahnya hanya untuk dirinya sendiri, bahkan ia tidak mengetahui mengapa ia beribadah.
Dengan demikian seorang yang berilmu akan menghancurkan apa yang telah dirancang dan dilakukan oleh setan selama bertahun-tahun. Setiap setan menebarkan kemaksiatan dan kesesatan, setiap itu pula orang berilmu selalu berusaha menghalangi dan menghancurkannya. Oleh karena itu, tidak ada yang lebih ditakuti dari pada orang yang berilmu sehingga setan dapat menghancurkan dan melanggengkan kemaksiatan diantara umat manusia dengan mudah.
Abu Hurairah berkata, "Aku lebih menyukai menjadi seorang ahli fiqih meskipun hanya sebentar dari pada menjadi seorang ahli ibadah yang mengisi malamnya dengan shalat hingga menjelang pagi hari. Seorang ahli fiqih lebih ditakuti oleh setan dari pada seribu ahli ibadah dan setiap segala sesuatu mempunyai tiang sedangkan tiang agama adalah pemahaman terhadap agama." (HR. Daruquthni)
Al-Muzani
meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa para setan bertanya kepada iblis, "Wahai tuan
kami! Kami melihat engkau begitu gembira dan senang karena kematian seorang
yang berilmu, tetapi kami tidak pernah melihat engkau begitu senang dengan
kematian orang yang ahli ibadah.” Iblis berkata, “Pergilah kalian.” Kemudian
mereka pergi menemui seorang ahli ibadah. Mereka berkata, “Kami ingin
menanyakan sesuatu kepadamu maka tinggalkan dulu ibadahmu!” Lalu iblis
bertanya, “Apakah Allah (Tuhanmu) mampu membuat dunia ini di dalam telur?” Ia menjawab, “Aku tidak
mengetahuinya.” Setelah mendengar jawaban ahli ibadah tadi, iblis berkata
kepada para setan, “Bukankah kamu sekalian melihat, bagaimana ia telah menjadi
seorang kafir dalam seketika?” Lalu mereka mendatangi seorang ahli ilmu. Mereka
bertanya kepadanya, “Kami akan menanyakan sesuatu kepadamu.” Ia menjawab,
“Tanyalah!” Apakah Tuhanmu mampu menciptakan dunia ini di dalam sebuah telur?”
“Iya,” jawabnya. Mereka bertanya lagi, ”Bagaimana Allah melakukan itu? Ia
menjawab, “Cukuplah bagi-Nya berkata, kun fayakun (jadilah, maka akan
terjadi).” Setelah mendengar jawaban orang yang berilmu, iblis berkata kepada
para setan, “Lihatlah, bagaimana kamu sekalian menyaksikan orang yang berilmu
tadi, bukankah jawabannya tidak membahayakan dirinya (benar)? Inilah yang
membuat saya sedih.”
Kisah ini juga
diriwayatkan dalam kisah yang lain bahwa para setan mendatangi seorang ahli
ibadah sambil bertanya, “Apakah Tuhanmu mampu menciptakan sesuatu seperti
dirinya? Ia menjawab, “Aku tidak mengetahuinya.” Lalu iblis berkata kepada para
setan, “Lihatlah bagaimana ibadah seorang ahli ibadah itu sama sekali tidak
mendatangkan manfaat karena kebodohannya?” Lalu mereka bertanya kepada ahli
ilmu, dan dijawab, “Ini adalah pertanyaan yang mustahil. Jika sesuatu itu
seperti Allah, berarti ia bukan makhluk, sedangkan sesuatu yang seperti Allah
disebut makhluk adalah mustahil.” Kemudian iblis berkata, “Lihatlah bagaimana
orang yang berilmu menghancurkan sesuatu dalam sekejap, apa yang saya bangun selama
bertahun-tahun.”
Sumber : Buku Kunci Surga (Ibnu Qayyim)
*wassalamu'alaykum warahmatullahi wabarakatuh*
Baca Juga:
kisah-nyata-diselamatkan-malaikat
diselamatkan-oleh-seeokor-kalajengking
Komentar
Posting Komentar