Turunnya Wahyu
Saat usia Rasulullah shallahu'alaihi wasallam menginjak 40 tahun, Jibril mendatanginya untuk menyampaikan wahyu dari Tuhannya, saat itu Rasulullah shallallah shallallahu'alalihi wasallam berada di Gua Hiraa'.
Aisyah meriwayatkan dari Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam, Beliau bersabda, "Lalu tiba-tiba datang Malaikat kepadaku di gua tersebut dan berkata, "Bacalah!." Aku menjawab, "Aku tidak bisa membaca", lalu ia memegangiku dan mendekapku kuat sampai aku merasakan sesak, lalu melepaskanku dan berkata,"Bacalah!". Aku menjawab, "Aku tidak bisa membaca", lalu ia memegangiku dan mendekapku kuat untuk kedua kalinya hingga aku merasakan sesak, kemudian melepaskanku dan berkata: (Lalu Jibril membacakan surah Al-Alaq 1-5).." (Muttafaqun 'alaih)
Dalam lanjutan hadits sahih di atas, Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam pulang dengan wahyu itu dalam keadaan gemetar dan menemui Khodijah seraya berkata, "Selimuti aku, selimuti aku!." Lalu beliau diselimuti hingga hingga hilang rasa takutnya, kemudian beliau bertanya: "Wahai Khodijah, apa yang terjadi padaku?", maka diceritakan apa yang telah terjadi, Beliau bersabda,"Aku khawatir terhadap diriku sendiri." Khadijah menjawab, "Tidak, bergembiralah. Demi Allah, Allah tidak akan menghinakanmu karena engkau suka menyambung tali silaturahmi, jujur dalam berkata, meringankan beban orang, menjamu tamu dan suka menolong orang yang menegakkan kebenaran."
Selanjutnya Khadijah membawa Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam menemui sepupunya, Waraqah bin Naufal, yang beragama Nasrani dan menulis Injil. Lalu Rasulullah menceritakan apa yang dialaminya, lalu Waraqah menyampaikan bahwa apa yang diterimanya sama dengan apa yang Allah turunkan pada Musa, serta menyampaikan perlakuan dan intimidasi yang akan diterimanya kelak. Tak lama setelah itu Waraqah pun meninggal."
Jibril mendekap Rasulullah tiga kali hingga sesak, dari kejadian ini Syuraih al-Qadhi mengambil pelajaran bahwa seorang tidak boleh memukul anak dalam belajar al-Qur'an lebih dari tiga kali, sebagaimana Jibril hanya mendekap dengan keras hanya tiga kali. (Lihat Umdatulqari 1/62)
Wahyu dimulai dengan "Bacalah" isyarat bahwa seorang Muslim dituntut untuk membaca dan menganalisa serta pentingnya menulis, ia merupakan perintah Ilahi. Nabi shallallahu'alaihi wasallam tidak bisa membaca dan menulis menunjukkan bahwa Al-Qur'an bukan karya Muhammad shallallahu'alaihi wasallam. Pada wahyu pertama ini, disandingkan perintah Allah membaca dengan nama Allah, petunjuk bahwa ilmu harus dibarengi dengan keimanan dan ilmu yang benar adalah yang mengantarkan kepada keimanan.
Posisi istri shalihah sebagai tempat kembali suami untuk menemukan ketenangan. Seseorang yang menghadapi problem dianjurkan untuk membicarakannya pada orang yang ia percaya sehingga bisa mendapatkan masukan dan pandangan. Sebagaimana kata Waraqah kepada Nabi shallallahu'alaihi wasallam bahwa seorang da'i yang menyeru pasti berhadapan dengan rintangan.
Wallahu ta'ala 'alam
Oleh: Ustadz Abu Abdirrazzaq Marzuki Umar, Lc (Mahasiswa S2 Jurusan Sejarah Islam di Universitas Islam Madinah)
Sirah Nabawiyah dari Kitab "Al-Khullaashoh al-Bahiyyah fiy Tartiibi Ahdaats as-Sirah an-Nabawiyyah"
(Group WA Belajar Islam Intensif BII)
Semoga bermanfaat
*Wassalamu'alaykum warahmatullahi wabarakatuh*
Baca Juga:
Komentar
Posting Komentar