Sudah benarkah ruku' sholat kita ???
“Nabi shallallahualaihi
wasallam meletakkan kedua telapak tangannya pada kedua lututnya.” [H.R
Bukhari dan Abu Dawud]
“Beliau menyuruh para sahabat berbuat
demikian.” (HR Bukhari dan Muslim).
“Beliau menekankan kedua tangan pada kedua
lututnya [seolah-olah ia menggenggam kedua lututnya].” [HR Bukhari dan Abu Dawud]
“Beliau merenggangkan jari-jarinya.” (Disebutkan dalam kitab shahih Abu DAwud).
Beliau menyuruh orang yang shalatnya salah
berbuat demikian sebagaimana sabdanya:
“Jika kamu ruku’, letakkanlah kedua
tanganmu pada kedua lututmu, kemudian
renggangkanlah jari-jarimu, kemudian tenanglah sampai ruas tulang
belakangmu mantap di tempatnya.”( HR Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban dalam kitab
shahih mereka).
“Nabi merenggangkan kedua sikunya dari
lambungnya.”( HR Tirmidzi dan
disahkan oleh ibnu Khuzaimah)
“Bila Beliau ruku’, “beliau meluruskan dan
meratakan punggungnya.” HR Baihaqi dengan sanad shahih dan bukhari. “Sehingga
bila air dituangkan di atas punggung beliau, air tersebut tidak akan bergerak.” (HR
Thabarani, Abdullahbin Ahmad dan Ibnu
Majah).
Rasulullah shallallahualaihi wasallam
bersabda: “Jika kamu ruku, letakkanlah kedua tanganmu pada kedua lututmu dan
luruskanlah punggungmu serta tekankan tanganmu untuk ruku.”(HR Ahmad
dan Abu Dawud dengan sanad shahih).
“Nabi Shallallahualaihi wasallam tidak
mendongakkan kepalanya dan tidak pula menundukkannya,” (HR Abu Dawud dan Bukhaari). “Tetapi
tengah-tengah antara kedua keadaan tersebut.”( HR Muslim dan Abu ‘Awanah).
*Wajib tenang
dalam ruku*
Nabi shallallahualaihi wasallam melakukan ruku
dengan tenang, Nabi bersabda,
“Sempurnakanlah ruku’ dan sujudmu! Demi Tuhan
yang jiwaku ada di tangan-Nya, aku benar-benar dapat melihat kamu dari balik
punggungku ketika kamu ruku’ dan sujud.”
(HR Bukhari dan Muslim).
“Baliau pernah melihat orang yang ruku’ dengan
tidak sempurna dan sujud seperti burung mematuk, lalu bersabda: “(Kalau orang
ini mati dalam keadaan seperti itu, ia mati di luar agama Muhammad. [Ia sujud
seperti burung gagak mematuk makanan] sebagaimana orang ruku’ tidak sempurna
dan sujudnya cepat seperti orang kelaparan memakan sebiji atau dua biji kurma
yang tidak mengenyankannya).”
(HR. Abu Ya’la, Al-Ajiri, Baihaqi, Thabarani, Ibnu Asakir dengan sanad hasan
dan disahkan oleh Ibnu Khuzaimah).
Abu Hurairah berkata: “Sahabat dekatku (Nabi
Shallallahualaihi wasallam) melarangku sujud dengan cepat seprti ayam mematuk
makanan, melarangku menoleh seperti musang dan melarangku duduk seprti iq’a-nya.”
(HR. Thayalisi, Ahmad dan Ibnu Abi Syaibah).
Rasulullah shallallahualaihi wasallam
bersabda:”Pencuri yang paling jahat yaitu orang yang melakukan pencurian dalam
shalatnya.” Para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, bagaimana yang dikatakan
mencuri dalam shalat itu? Sabdanya: “Yaitu tidak menyempurnakan ruku’ dan
sujudnya.” (HR. Ibnu Abi
Syaibah, Thabarani dan Hakim, disahkan oleh Hakim dan disetujui Dzahabi.
Nabi shallallahualaihi wasallam bersabda: “Shalat
seseorang tidak sempurnya sebelum dia melakukan ruku’ dan sujud dengan
meluruskan punggungnya.”
*Memperlama Ruku*
“Nabi shallallahualaihi wasallam melakukan
ruku’, berdiri setelah ruku’, sujud dan duduk antara dua sujud dengan tempo
masing-masing hampir sama.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
*Larangan membaca Al-Qur’an dalam Ruku*
Nabi shallallahualaihi wasallam melarang
membaca Al-Qur’an dalam ruku dan sujud. Beliau bersabda: “ Ketahuilah, sesungguhnya aku
dilarang membaca AL-Qur’an dalam ruku’ atau sujud. Dalam ruku’ hendaklah kamu
membaca bacaan untuk mengagungkan Allah Azza wa jalla dan dalam sujud hendaklah
kamu bersungguh-sungguh bedoa karena hampir dapat dipastikan do’a kamu
dikabulkan.” (HR. Muslim dan Abu ‘Awanah)
Anjuran untuk berdoa dalam sujud, karena
hampir dipastikan doa kita akan dikabulkan oleh Allah, namun doa dalam sujud
yang dimaksud disini bukan hanya dikhususkan pada sujud terakhir namun disujud
manapun boleh entahkah di awal di pertengahan maupun di akhir sujud.
*Doa-Doa Ruku*
Ada beberapa macam bacaan ruku’ yang
dibaca Rasulullah shallallahualaihi
wasallam dalam sholatnya.
Ini artinya beliau terkadang membaca dengan sebuah bacaan namun terkadang
menggantinya dengan yang lain. Berikut diantara bacaan ruku’ tersebut :
سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ
“Maha suci rabbku yang maha agung.” [1]
Atau biasa juga dengan lafadz berikut
:
سُبْحَانَ رَبِّىَ الْعَظِيْمِ وَبِحَمْدِهِ
“Maha Suci
Rabbku yang maha Agung dan maha terpuji.” [2]
Bacaan ruku’ lainnya adalah dzikir
berikut ini :
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي
“Maha suci Engkau wahai rabb kami,
segala pujian bagi-Mu. Ya Allah, ampunilah aku).” (Mutafaqqun ‘alaih)
سُبُّوحٌ قُدُّوسٌ رَبُّ الْمَلَائِكَةِ وَالرُّوحِ
“Mahasuci, Maha Qudus, Rabbnya para malaikat dan ruh.” (HR. Muslim)
فَسَبِّحْ بِاسْمِ رَبِّكَ الْعَظِيمِ
“Maka bertasbihlah dengan (menyebut)
nama Rabbmu yang Maha Besar.” [3]
Selanjutnya, juga bisa membaca dzikir
berikut ini,
اَللَّهُمَّ لَكَ رَكَعْتُ، وَبِكَ آمَنْتُ، وَلَكَ أَسْلَمْتُ، خَشَعَ لَكَ سَمْعِيْ وَبَصَرِيْ وَمُخِّيْ وَعَظْمِيْ وَعَصَبِيْ وَمَا اسْتَقَلَّ بِهِ قَدَمِيْ
“Ya Allah, untukMu aku ruku’. KepadaMu aku beriman, kepadaMu aku berserah diri. Pendengaranku, penglihatanku, otakku, tulangku, sarafku dan apa yang berdiri di atas dua tapak kakiku, telah merunduk dengan khusyuk kepada-Mu.” [4]
[1] Dari Huzaifah
bin Al-Yaman a “bahwa dia
pernah shalat bersama nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. maka ketika ruku’
beliau membaca: “subhana rabbiyal azhim (maha suci rabbku yang maha agung),”
dan ketika sujud beliau membaca: “subhana rabbiyal a’la (maha suci rabbku yang
maha tinggi).” (Hadits Shahih riwayat abu Daud, at-Tirmidzi, an-Nasai, dan
ibnu Majah)
[2] Bacaan dengan tambahan ‘wa bihamdihi’
diriwayatkan dalam hadits dengan jalur periwayatan yang banyak, sehingga Imam Asy-Syaukani berkata bahwa
riwayat-riwayat yang banyak itu saling menguatkan.” (Fiqih Sunnah I:137)
[4] Uqbah bin Amir berkata, manakala
turun ayat, فسبح باسم ربك العظيم
(Al-Waqi’ah: 74) Nabi n bersabda, “Jadikan
ia sebagai bacaan dalam ruku’ kalian.” Ketika turun ayat, سبح اسم ربك الأعلى
(Al-A’la: 1) Nabi n bersabda, “Jadikan ia sebagai bacaan dalam sujud kalian.”
(HR. Abu Dawud, Ibnu Majah dan Ahmad dengan sanad hasan).
[5] HR. Muslim 1/534, begitu juga empat imam
hadis, kecuali Ibnu Majah.
By: Aina Al-Farisi
Komentar
Posting Komentar