DAURAH SYAR’IYAH Mesjid Kampus UNHAS




Daurah Syar’iyah yang  diadakan oleh  LM DPD WI Makassar pada hari Rabu, tgl 17 Sya’ban 1434 H atau bertepatan pada tanggal 19 Juni 2013 M yang bertempat di Mesjid Kampus Unhas lantai 1 dihadiri oleh begitu banyak muslimah dari bebagai daerah di kota Makassar. Kegiatan ini dibawakan langsung oleh Syekha yang bernama DR Maurah Bin Abdillah,  Beliau berasal dari Arab Saudi. Sudah banyak Negara yang dikunjunginya dengan tujuan dakwah dan kali ini beliau berkunjung ke Negara Indonesia khususnya  kota Makassar  dimana kunjungan sebelumnya adalah di kota Medan tepatnya di Mahad as Sunnah Medan. Ini merupakan kunjungan pertamanya ke Makassar khususnya kepada muslimah Makassar. Disiplin ilmu beliau adalah ilmu hadits dan sekarang bekerja sebagai Dosen di Universitas Amiroh Annahrah.

Diawal pembicaraannya DR Maurah memuji orang-orang Indonesia dengan ucapan bahasa Arabnya yang sangat fasih, dimana kami tidak akan mengerti  tanpa adanya penerjemah. Beliau mengungkapkan kegembiraan yang sangat besar bertemu  dengan peserta daurah syar’iyah. Pada kegiatan ini Syekha akan membahas hadits pada Buku Kitabul Jami khususnya pada Bab III. Berikut materi yang dibawakannya…

Ilmu syar’I dibagi  menjadi  beberapa  spesifikasi yaitu ilmu Fiqih, ilmu Al Qur’an dan ilmu Hadits. Dan ilmu hadits memiliki banyak keutamaan karena ilmu tersebut  membicarakan mengenai hadits Nabi shallallahualaihi wasallam,  dimana para ahlul bid’ah berusaha memasukkan hadits-hadits  palsu ke dalam hadits-hadits Nabi shallallahualaihi wasallam. Akan tetapi para ahli  hadits berusaha untuk menjelaskan sanad dari  hadits-hadits Rasulullah apakah sampai kepada rasulullah atau apakah hadits tersebut disebutkan oleh Rasulullah atau tidak. Karena itulah Ahlul Bid’ah membenci para Ahlul Hadist, karena merekalah yang senantiasa  mengungkap kesesaatanya. 

Tahukah kita dengan Sufyan Ats Tsauri ?

Beliau  adalah ahlul hadits, dimana ia telah menuntut ilmu hadits sejak masih kecil hingga berusia lanjut. Dikatakan kepada Sufyan Ats Tsauri sampai kapan engkau akan menuntut ilmu hadits? Beliau mengatakan apakah ada sesuatu yang lebih baik dari pada menuntut imu hadits sehingga saya harus meninggalkannya?  Ilmu hadits adalah sebaik-baik ilmu  dunia dan cahayanya  akan sampai kepada ahlul hadits di akhirat kelak.” Begitupun dengan Imam  syafi’i mengatakan bahwa “Jika saya melihat seorang yang mempelajari ahlul hadits maka saya seakan-akan  melihat sahabat Nabi shallallahualaihi wasallam.” Berkata Abu Bakar Al Halim :“sebaik-baik  ilmu dan paling bayak memberikan manfaat satelah Al-Qur’an adalah ilmu hadits karena banyaknya shalawat yang kita kirimkan  kepada Rasulullah shallallahualaihi wasallam ketika mempelajari hadits-hadits Rasulullah.

Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda :“Sungguh, manusia yang paling utama di sisiku kelak di hari kiyamat, yaitu mereka yang paling banyak bershalawat kepadaku.”  

Begitu banyak keutamaan bershalawat kepada Rasulullah shallallahualaihi wasallam, salah satunya adalah Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda :“Siapa yang bershalawat kepadaku satu kali, maka Allah memberikan shalawat kepadanya 10x, dan siapa bershalawat kepadaku 10x, maka Allah berikan shalawat kepadanya 100x, dan siapa yang bershalawat kepadaku 100x, maka Allah akan menuliskan baginya kebebasan dari kemunafikan dan kebebasan dari api neraka dan Allah akan menempatkannya dihari kiamat beserta para syuhada, Maka perbanyaklah shalawat kepadaku ketika disebutkan namaku, karena akan menjadi kafarat dari keburukan-keburukanmu”..

Dan diantara keutamaan dari para penuntut ilmu  hadits adalah
Sabda Rasulullah shallallahualaihi wasallam: “Senantiasa ada dari umatku sekelompok orang yang menampakkan di atas al haq (kebenaran), tidak memudharatkan mereka orang-orang yang mencerca mereka dan tidak pula orang-orang yang menyelisihi mereka sampai hari kiamat.” (HR. Al-Bukhari, Muslim, Ahmad, Abu Dawud dan yang lainnya, dari shahabat Tsauban radhiyallahu ‘anhu)

Maksud dari  hadits Rasulullah di atas menurut beberapa ulama adalah sebagai  berikut:
1.      Al-Imam Abdullah bin Al-Mubarak rahimahullah (wafat tahun 181 H) berkata, “Menurutku mereka adalah ulama ahlul hadits.” (Atsar Shahih, Al-Khothib Al-Baghdadi, Syarafu Ashabil Hadits, 62)
2.      Al-Imam Ali bin Al-Madini rahimahullah (wafat tahun 234 H) berkata, “Mereka itu adalah ulama ahlul hadits.” (Atsar Shahih, At-Tirmidzi, As-Sunan, 4/485).
3.      Al-Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah (wafat tahun 241 H) berkata, “Jika golongan yang mendapat pertolongan itu bukan ulama ahlul hadits, maka aku tidak tahu lagi siapa mereka itu” (maksudnya tidak mungkin yang lain lagi, pen). (Atsar Shahih, Al-Hakim, Ma’rifah Ulumul Hadits, 3)

Berikut hadits Rasulullah pada Bab III Buku kitabul Jami yang akan dibahas oleh syekha,
Dari an-Nu’man Basyir radhiallahu anhuma, ia berkata: saya mendengar Rasulullah shallallahualaihi wasallam bersabda sambil mengisyaratkan telunjuknya ke kedua telinganya: “Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas. Diantara keduanya terdapat perkara-perkara syubhat (samar-samar) yang tidak diketahui kebanyakan manusia. Maka siapa yang  menjaga dirinya dari syubhat, berarti ia telah menyelamatkan agama dan kehormatannya. Dan siapa yang terjerumus dalam perkara syubhat, maka akan terjerumus dalam perkara yang diharamkan. Sebagaimana penggembala yang menggembala di sekitar (padang rumput) terlarang, dimana lambat laun ia akan memasukinya. Ketahuilah, bahwa setiap raja memiliki larangan dan larangan Allah adalah apa yang Dia haramkan. Ketahuilah bahwa dalam tubuh itu terdapat segumpal daging, jika ia baik maka baiklah seluruh tubuh dan jika buruk, maka buruklah seluruh tubuh ketahuilah, ia adalah hati”. (Muttafaqun alaihi)

Makna dari hadits diatas adalah;

1.       Ada perkara-perkara yang telah jelas kehalalannya. Diantara perkara yang jelas adalah makanan yang baik, pakaian yang kita gunakan septi terbuat dari kain katun atau wol yang jelas kehalalanya dan juga tentang pernikahan. Ini adalah perkara-perkara halal yang sudah diketahui oleh semua orang mengenai kehalalannya.

2.       Ada perkara-perkara haram, dimana semua orang sudah mengetahui bahwa ia suatu perkara yang diharamkan misalnya makan bangkai, minum khamar, zina dan lain-lain.

3.       Adapun perkara yang samar-samar atau syubhat maka kebanyakan manusia tidak mengetahuinya. Namun jika ada orang yang bisa membedakan mana yang halal dan haram maka hal tersebut bukanlah perkara samar baginya kecuali bagi orang yang tidak bisa membedakan yang halal dan haram maka hal teresebut  perkara samar (syubhat) baginnya. Hadits ini menjelaskan kepada kita agar bisa  jelas mengetahui mana perkara halal dan haram.

4.       Yang  harus diketahuai adalah bahwa Allah telah menyempurnakan dien ini.
Firman Allah, “Pada hari ini Telah Kusempurnakan untukmu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.”(Q.S. Al Maidah:3)

Semuanya jelas tidak  ada yang samar sehingga kita bisa membedakan mana yang halal dan mana yang haram. Kenapa ada perkara yang samar-samar atau syubhat karena orang tersebutlah yang tidak menuntut  ilmu  secara baik. Sehingga akan selalu kita  dapati perkara syubhat dalam kehidupan kita sehari-hari.

Rasulullah bersabda “Aku tinggalkan kalian diatas perkara yang sangat jelas, malamnya seperti siang dan tidak  ada yang  tersesat darinya kecuali orang yang tersesat”.  Dari sini Rasulullah mengajarkan kepada kita bahwa semua perkara dalam dien kita itu telah jelas namun ada perkara-perkara  bagi sebagain orang mereka tidak  mengetahuinya sehingga menjadikannya perkara  syubhat.

Kenapa bisa terjadi syubhat?

1.       Karena ada dalil yang datang dengan tidak begitu jelas, hanya dalam bentuk umum saja. Sehingga pada kasus seperti ini para ulama berbeda dalam menafsirkannya: Contohnya adalah Rasulullah berkata “dulu aku  melarang kalian ziarah kubur maka sekarang siarahilah kubur tersebut.” maka orang-orang  yang hanya mendapatkan hadits pertama mereka berpegang pada hadits tersebut bahwa tidak boleh siarah kubur. Namun orang yang sudah sampai kepadanya hadits pertama dan hadits  ke dua mereka mengatakan “memang dulu dilarang namun kemudian sudah dibolehkan oleh Rasulullah shallallahualaihi wasallam.”

2.       Terkadang  Rasulullah memerintahkan kepada kita 1 perintah larangan. Ketika rasulullah melarang maka ada yang memahami  bahwa larangan ini bermakna haram dan ada juga yang memahami bahwa larangan ini adalah sesuatu yang makruh. Demikian juga dengan perintah Rasulullah , terkadang para ulama menafsirkan perintah ini hukumnya wajib dan ada juga yang menafsirkan hukumnya makruh. Contohnya ketika Rasullah akan berangkat ke Bani Quraisah dan waktu itu duhur sudah lewat, yang kemudian Rasulullah mengeluarkan perintah jangan sekali-kali ada yang  shalat sebelum sampai ke Bani Quraishoh, maka sahabat pun berangkat tiba-tiba ditengah jalan adzan ashar mulai berkumandan. Maka diantara sahabat ada yang memahami  bahwa perrintah Rasulullah tadi adalah sebuah kewajiban bagi mereka untuk shalat  setelah mereka sampai ke Bani  Quraisah meskipun adzan ashar telah berkumandan. Namun ada pula beberapa sahabat yang singgah ditengah jalan untuk  sholat ashar. Ketika Rasulullah mengetahui hal ini bahwa ada perbedaan pendapat antara beberapa sahabat maka Rasulullah tidak menegurnya.

Menjaga diri dari  perkara syubhat bisa kita dapatkan dengan menjaga hubungan kita dengan Allah Subhanahuwata’ala. Contoh; Jika kita mendapati seesorang  yang berdoa kepada orang mati, itu termasuk kekufuran, namun kita tidak mengetahui  apa yang ada dalam hati orang yang berdoa di kuburan tersebut, maka kita tidak boleh menghukumi orangnya (mengatakan kafir) namun yang kita kufuri adalah perbuatannya  saja. Karena itu Rasullah menganjurkan kita untuk membersihkan hati kita, diantaranya Rasulullah mengatakan Allah tidak melihat dari rupa kalian tapi dari  hati kalian. Jadi Allah melihat hati dari setiap orang, Allah menyukai seseorang bukan dari ketampanan atau kecantikannya namun kepada hatinya, dan kecantikan hati itu didapatkan dengan melakukan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangannya  serta menjauh dari perkara  syubhat.
Perkara syubhat adalah sesuatu yang sangat biasa jadi wajar kita menemui di dunia ini karena dunia adalah tempat ujian dari Allah.

Lalu bagaimana fitnah-fitnah yang ada di dunia ini bisa sampai kepada hati kita ? 

Rasulullah shallallahualaihi wasallam bersabda ”fitnah itu akan datang kepada hati  manusia seperti potongan-potongan bambu yang dibuat darinya tikar. Jika kita membuat tikar dari potongan bambu maka kita akan mengambilnya satu persatu  supaya kita bisa tahu bahwa setiap lembar dari potongan bambu itu baik atau tidak ada rusaknya demikian juga fitnah itu datang ke hati kita satu persatu tidak sekalian, jadi diantara Rahmat Allah ketika Allah mendatangkan satu fitnah  buat kita, maka Allah akan melihat sejauh mana kita menanggapi fitnah tersebut. Karena setiap hati manusia berbeda-beda dalam menanggapi fitnah, ada hati yang ridho dengan fitnah tersebut sehingga meninggalkan titik putih di dalam hatinya dan ada pula hati yang tidak bisa menerima fitnah tersebut sehingga meninggalkan titik hitam di dalam hatinnya.



Komentar

Postingan Populer