Al-Qur'an Berbicara Mengenai Bulan
Ciri
khas bulan yang paling mengesankan bagi
siapa pun yang melihatnya secara rutin adalah perubahan bentuknya dari hari ke
hari. Pada saat tertentu, bulan akan terlihat berbentuk lengkungan tipis
bercahaya, yang dikenal sebagai bulan sabit. Secara perlahan-lahan, kemudian
bentuknya mulai berubah menjadi setengah lingkaran bercahaya atau bulan
separuh. Apabila waktu terus berlanjut , secara perlahan-lahan bulan akan
meninggalkan bentuk setengah lingkarannya hingga menyerupai lingkaran tidak
sempurna, yang dikenal sebagai bulan benjol. Seiring perjalanan waktu, bentuk benjol pun akan
ditinggalkan dan perlahan-lahan bulan membentuk lingkaran sempurna bercahaya
yang dinamakan bulan purnama. Purnama merupakan kulminasi bentuk bulan. Setelah
itu, bulan secara perlahan-lahan akan berubah menjadi bulan benjol, lalu
menjadi bulan separuh dan akhirnya kembali ke bulan sabit. Hal ini dinyatakan
dalam firman Allah yang berbunyi:
“Dan
telah kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia
sebagai bentuk tandan yang tua.” (Qs Yasin (36): 39)
Pengertian
manzilah dalam ayat tersebut dapat dipahami sebagai kedudukan bulan sebagai
bulan sabit, bulan separuh, bulan benjol dan bulan purnama.
Astronomi
mengenal perubahan bentuk bulan sebagai fase bulan. Proses ini sangat penting
peranannya bagi peradaban manusia karena perubahan demi perubahan ini
berlangsung secara berkesinambungan sehingga memperlihatkan pola keteraturan
tersendiri, yang dapat dimanfaatkan sebagai petunjuk system organisasi waktu atau lebih dikenal sebagai system
kalender. System kalender seperti ini dikenal sebagai kalender bulan atau
kalender lunar yang terdiri dari dua macam: kalender lunar murni dan lunar
kombinasi.
Penggunaan
fase bulan sebagai acuan kalender telah dijelaskan Allah Subhanahu wataala
dalam firman-nya:
“Dialah
yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya
manzilah-manzilah (tempat-tempat ) bagi
perjalanan bulan itu supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan
(waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia
menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.”
(Qs Yunus :5)
Mengapa
bulan dapat berubah bentuk dari waktu ke waktu? Peristiwa ini terkait dengan
peredaran bulan mengelilingi bumi dengan menyusuri orbitnya serta pencahayaan
matahari. Setiap saat senantiasa ada separuh bagian bulan yang tersinari
matahari, tetapi tidak setiap saat seluruh bagian yang tersinari ini terlihat
dari bumi. Fase bulan secara astronomis adalah proporsi permukaan bulan yang
tersinari cahaya matahari dan dapat dilihat dari bumi. Pada saat bulan sabit,
fasenya kurang dari 25%, sementara saat bulan separuh fasenya membesar menjadi
50%. Pada saat bulan benjol, fasenya lebih besar dari 75% dan pada saat bulan
purnama fasenya mendekati 100%. Fase bulan sangat dipengaruhi oleh periode
revolusi bulan. Orbit bulan digambarkan Allah subhanahu wata’ala dalam
firman-Nya,
“Dan
Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus
beredar (dalam orbitnya) dan telah menundukkan bagimu malam dan siang.” (Qs Ibrahim :33).
“Tidaklah
mungkin bagi matahari mengejar bulan dan malam pun tidak dapat mendahului
siang. Masing-masing beredar pada garis edarnya.” (Qs Yasin:40)
Adapun
terkait periode revolusi bulan, Al-Qur’an mendeskripsikannya sebagai berikut:
“Tidaklah
kamu memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah memasukkan malam ke dalam siang
dan memasukkan siang ke dalam malam dan Dia tundukkan matahari dan bulan masing-masing
berjalan sampai waktu yang tidak ditentukan dan sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Qs Luqman:29)
“Matahari
dan bulan (beredar) menurut perhitungan.” (Qs Ar Rahman:5
Terkait
dengan pencahayaan bulan, Allah Subhanahuwata’ala menjelaskannya sebagai berikut:
“Mahasuci
Allah yang menjadikan di langit gugusan-gugusan bintang dan Dia menjadikan juga
padanya matahari dan bulan yang bercahaya.” (Qs Al-Furqan:61)
Dalam
hal ini, bulan memiliki kesamaan dengan
matahari, yaitu keduanya bercahaya cukup terang,. Bedanya, matahari menerangi
langit siang dengan terang benderang sementara bulan (khususnya bulan purnama)
membuat terang langit malam. Jika dibandingkan , matahari 400.000 kali lipat
lebih terang disbanding bulan purnama dan intensitas cahaya bulan purnama
sebenarnya hanyalah 0,001% cahaya matahari. Proporsi ini masih di bawah batas
intensitas cahaya minimal 1% cahaya matahari, yang memungkinkan tumbuh-tumbuhan
melaksanakan fotosintesis. Oleh karena itu, berbeda dengan matahari, bulan
tidak berperan dalam memasok energy bagi kehidupan di bumi. Penyebabnya,cahaya
bulan bukan dihasilkan dari aktivitas internalnya melainkan berasal dari cahaya
matahari yang dipantulkan permukaan bulan, Allah Subhanahuwata’ala berfirman,
“Dan
Allah menciptakan padanya bulan sebagai cahaya dan menjadikan matahari sebagai
pelita?” (Qs Nuh:16)
Secara
tersirat, Allah Subhanahuwata’ala menjelaskan, meskipun bulan dan matahari
sama-sama bercahaya, tetapi cahaya matahari ibarat pelita sehingga berasal dari
proses di dalam dirinya sendiri. Tidak demikian halnya dengan bulan.
Ada
dua fase bulan paling kentara karena mudah dibedakan dibanding yang lain, yaitu bulan sabit dan bulan
purnama. Keduanya memperoleh lebih banyak perhatian dalam peradaban manusia.
Dalam kalender lunar murni, bulan sabit menandakan awal bulan kalender (awal
lunasi). Allah subhanahuwata’ala berfirman,
“Mereka
bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah,’Bulan sabit itu adalah
tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji.” (Qs
Al-baqarah:189)
“Demi
bulan apabila jadi purnama.” (Qs Al-Insyiqaq:18)
Kalender
terbaik bagi umat manusia di sisi Allah adalah kalender lunar murni. Dalam
kalender ini, setahun lunar ditetapkan terdiri atas 12 bulan kalender. Oleh
karena itu kalender ini tidak terpengaruh perubahan musim, seperti halnya
kalender luni-solar yang setahunnya dapat terdiri dari 12 bulan kalender dan
bisa juga terdiri dari 13 bulan kalender. Allah subhanahwata’ala berfirman,
“Sesungguhnya
bilangan bulan menurut Allah adalah dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan
Allah pada waktu Dia menciptakan langit
dan bumi, diantaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang
lurus, maka janganlah kamu menganiaya dirimu dalam bulan yang empat itu, dan
perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu
semuanya. Dan ketahuilah bahwa Allah beseta orang-orang yang takwa.”
(Qs at-Taubah:36)
Mengapa
kalender luni-solar tidak diperbolehkan? Hal ini terkait berubah-ubahnyanya konfigurasi bulan kalender, padahal islam
mengenal adanya bulan-bulan kalender yang
suci, Ramadhan dan Dzulhijjah. Sementara tradisi bangsa Arab waktu itu mengenal
pula bulan-bulan kalender yang haram yaitu bulan-bulan kalender yang dihormati
sehingga tidak diperkenankan untuk berperang khususnya antarsuku di bangsa
Arab. Ada kesepakatan bahwa bulan-bulan haram tersebut adalah bulan Muharram,
Rajab, Dzulqa’dah dan Dzulhijjah. Namun tidak ada panduan baku untuk menyatakan
kapan sebuah bulan kalender dinyatakan sebagai bulan haram. Suku Quraisy,
sebagai pihak yang berkuasa di kota Makkah, menggunakan kalender luni-solar
yang disebut Nasi’, sementara itu, suku-suku Arab di jazirah Arabia bagian
utara menggunakan kalender lunar murni. Dengan demikian, penentuan bulan-bulan
kalender bagi suatu suku tidak sama dengan suku lainnya. Hal ini membuat
pertikaian mengenai bulan kalender yang haram kerap terjadi.
Suku
Quraisy terkenal sebagai pihak yang paling sering melanggar aturan bulan
kalender yang haram. Sikap ini dikecam
Allah subhanahuwata’ala lewat firman-Nya,
“Sesungguhnya
pengunduran bulan haram itu hanya menambah kekafiran. Orang-orang kafir
disesatkan dengan pengunduran itu, mereka menghalalkan suatu tahun dan mengharamkannya pada suatu tahun
yang lain agar mereka dapat menyesuaikan dengan bilangan yang diharamkan Allah,
sekaligus mereka menghalalkan apa yang diharamkan Allah. (oleh setan) dijadikan
terasa indah bagi mereka perbuatan-perbuatan buruk mereka. Dan Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang yang kafir.” (Qs at-Taubah :37)
Semoga Bermanfaat
By: Aina Az-Zahrah
Sumber: "Ensiklopedia Fenomena Alam Dalam Al-Qur'an"
Baca Juga:
Peristiwa Peletakan Hajar Aswad
Anjuran Menjilati Jari Tangan Sesudah Makan
Fenomena Kemunculan Dajjal
Hukum Musik Oleh Dr. Zakir Naik
Misteri Kemunculan Nabi Isa 'alaihissalam
Baca Juga:
Peristiwa Peletakan Hajar Aswad
Anjuran Menjilati Jari Tangan Sesudah Makan
Fenomena Kemunculan Dajjal
Hukum Musik Oleh Dr. Zakir Naik
Misteri Kemunculan Nabi Isa 'alaihissalam
alhamdulillah kami akan sangat terbantu untuk berdawah dalam membumial Qur'an melalui tinjauan saintific
BalasHapusallah menciptakan matahari dan bulan dengan sinar nya masing2..matahari sinarnya panas yg dimanfaatkan oleh tumbuhan. sedangkan bulan sinarnya dingin dan di manfaatkan oleh hewan.. coba cek kembali min hasil artikel nya. karna penjelasan Alqur'an, bulan itu tidak pernah menerima pantulan cahaya dari matahari.
BalasHapus