Kecerdasan Salman Al-Farisi
Sungguh,
keislaman Salman Al-Farisi radiallahuanhu adalah keislaman orang-orang utama dan takwa. Dan
dalam kecerdasan, kesahajaan dan kebebasan dari pengaruh dunia, maka keadaannya
mirip sekali dengan Umar bin Khathab. Ia pernah tinggal bersama Abu Darda di
sebuah rumah beberapa hari lamanya. Sedang kebiasaan Abu Darda beribadah di
waktu malam dan shaum di waktu siang. Salman melarangnya berlebih-lebihan dalam
beribadah seperti itu.
Pada suatu hari, Salman bermaksud hendak mematahkan niat Abu Darda untuk shaum sunah esok hari. Dia menyalahkannya, “Apakah engkau hendak melarangku shaum dan shalat karena Allah?” kata Abu Darda. Salman menjawab, “Sesungguhnya kedua matamu mempunyai hak atas dirimu, demikian pula keluargamu mempunyai hak atas dirimu. Di samping engkau shaum, berbukalah dan di samping melakukan shalat, tidurlah!”
Peristiwa itu sampai ke telinga Rasulullah shallallahualaihi wasallam. Beliau bersabda, “Sungguh Salman telah dipenuhi dengan ilmu.” Rasulullah shallallahualaihi wasallam sendiri sering memuji kecerdasan Salman serta ketinggian ilmunya, sebagaimana beliau memuji agama dan budi pekertinya yang luhur. Di waktu Perang Khandaq, kaum Anshar sama-sama berdiri dan berkata, “Salman dari golongan kami.”
Bangkitlah pula kaum Muhajirin, kata mereka, “Tidak, ia dari golongan kami!”
Mereka pun dipanggil oleh Rasulullah shallallahualaihi wasallam, dan sabdanya, “Salman adalah golongan kami, Ahlul Bait.”
Dan memang selayaknyalah jika Salman rhadiallahuanhu mendapat kehormatan seperti itu. Ali bin Abi Thalib rhadiallahuanhu menggelari Salman dengan “Luqmanul Hakim”. Dan sewaktu ditanya mengenai Salman, yang ketika itu telah wafat, maka jawabnya, “Ia adalah seorang yang datang dari kami dan kembali kepada kami, Ahlul Bait.”
“Siapa pula di antara kalian yang akan dapat menyamai Luqmanul Hakim. Ia telah beroleh ilmu yang pertama begitu pula ilmu yang terakhir. Dan telah dibacanya kitab yang pertama dan juga kitab yang terakhir. Tak ubahnya ia bagai lautan yang airnya tak pernah kering,” lanjut Ali.
Dalam kalbu para sahabat umumnya, pribadi Salman Al-Farisi telah mendapat kedudukan mulia dan derajat utama. Di masa pemerintahan Khalifah Umar rhadiallahuanhu , ia datang berkunjung ke Madinah. Maka Umar melakukan penyambutan yang setahu kita belum pernah dilakukannya kepada siapa pun juga.
Dikumpulkannya para sahabat dan mengajak mereka, “Marilah kita pergi menyambut Salman!” Lalu Umar keluar bersama mereka menuju pinggiran Kota Madinah untuk menyambutnya.
Pada suatu hari, Salman bermaksud hendak mematahkan niat Abu Darda untuk shaum sunah esok hari. Dia menyalahkannya, “Apakah engkau hendak melarangku shaum dan shalat karena Allah?” kata Abu Darda. Salman menjawab, “Sesungguhnya kedua matamu mempunyai hak atas dirimu, demikian pula keluargamu mempunyai hak atas dirimu. Di samping engkau shaum, berbukalah dan di samping melakukan shalat, tidurlah!”
Peristiwa itu sampai ke telinga Rasulullah shallallahualaihi wasallam. Beliau bersabda, “Sungguh Salman telah dipenuhi dengan ilmu.” Rasulullah shallallahualaihi wasallam sendiri sering memuji kecerdasan Salman serta ketinggian ilmunya, sebagaimana beliau memuji agama dan budi pekertinya yang luhur. Di waktu Perang Khandaq, kaum Anshar sama-sama berdiri dan berkata, “Salman dari golongan kami.”
Bangkitlah pula kaum Muhajirin, kata mereka, “Tidak, ia dari golongan kami!”
Mereka pun dipanggil oleh Rasulullah shallallahualaihi wasallam, dan sabdanya, “Salman adalah golongan kami, Ahlul Bait.”
Dan memang selayaknyalah jika Salman rhadiallahuanhu mendapat kehormatan seperti itu. Ali bin Abi Thalib rhadiallahuanhu menggelari Salman dengan “Luqmanul Hakim”. Dan sewaktu ditanya mengenai Salman, yang ketika itu telah wafat, maka jawabnya, “Ia adalah seorang yang datang dari kami dan kembali kepada kami, Ahlul Bait.”
“Siapa pula di antara kalian yang akan dapat menyamai Luqmanul Hakim. Ia telah beroleh ilmu yang pertama begitu pula ilmu yang terakhir. Dan telah dibacanya kitab yang pertama dan juga kitab yang terakhir. Tak ubahnya ia bagai lautan yang airnya tak pernah kering,” lanjut Ali.
Dalam kalbu para sahabat umumnya, pribadi Salman Al-Farisi telah mendapat kedudukan mulia dan derajat utama. Di masa pemerintahan Khalifah Umar rhadiallahuanhu , ia datang berkunjung ke Madinah. Maka Umar melakukan penyambutan yang setahu kita belum pernah dilakukannya kepada siapa pun juga.
Dikumpulkannya para sahabat dan mengajak mereka, “Marilah kita pergi menyambut Salman!” Lalu Umar keluar bersama mereka menuju pinggiran Kota Madinah untuk menyambutnya.
www.republika.co.id
Reporter : Hannan Putra
|
Redaktur : Chairul Akhmad
|
Sumber : Sumber: 101 Sahabat
Nabi karya Hepi Andi Bastoni
|
Komentar
Posting Komentar