Angin menurut Al-Qur'an
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah bahwa Dia
mengirimkan angin sebagai pembawa berita gembira…” (Qs Ar-Rum:46
Sebagai planet yang diselubungi lapisan udara cukup tebal dan menerima panas
matahari yang cukup intensif, tetapi
tidak seragam di setiap bagian permukaannya, bumi pun mengalami dinamika dalam
bentuk cuaca. Hal ini sebagaimana firman
Allah subhanahu wata’ala berikut ini.
“Allah, Dialah yang mengirim angin,
lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut
yang dikehendaki-Nya dan menjadikannya bergumpal-gumpal, lalu kamu lihat hujan
keluar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai
hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya, tiba-tiba mereka menjadi gembira.” (Qs Ar Rum:48)
Allah subhanahuwata’ala menjelaskan
bagaimana hujan terbentuk, yang diawali dari timbulnya awan. Tiupan angin
mendorong awan-awan untuk saling mengelompok membentuk gugusan tunggal yang
bergumpal-gumpal, sebagai ciri khas dari awan hujan atau mendung, atau lebih
dikenal sebagai awan cumulus/cumulonimbus.
Dari mendung inilah kemudian hujan
turun kepada siapa pun yang dikehendaki-nya. Hujan sangat penting peranannya
mengingat kehidupan di bumi adalah berbasiskan air. Demikian pentingnya peranan
hujan sehingga tatkala terjadi di daerah yang tandus, kehidupan pun mulai
bersemi. Allah Subhanahuwata’ala menamsilkan, hidupnya kembali orang-orang yang
sudah meninggal dalam episode peristiwa akhir zaman kelak seperti kehidupan
yang bersemi setelah hujan. Allah Subhanahuwata’ala berfirman,
“Dan Dialah yang meniupkan angin
sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan) ; hingga
apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang
tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, maka Kami keluarkan dengan
sebab hujan itu pelbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan
orang-orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran.” Qs Al-A’raf:57
Selain sebagai factor kunci
pembentukan awan dan hujan, angin juga berperan penting dalam membantu
perkembangan makhluk hidup, khususnya tumbuh-tumbuhan. Hal ini sebagaimana
firman Allah subhanahuwata’ala berikut ini.
“Dan Kami telah meniupkan angin untuk
mengawinkan (tumbuh-tumbuhan) dan Kami turunkan hujan dari langit, lalu Kami
beri minum kamu dengan air itu, dan sekali-kali bukanlah kamu yang
menyimpannya.”
(Qs Al-Hijr:22)
Tumbuh-tumbuhan dapat berkembang biak
tatkala sel sperma yang tersimpan dalam serbuk sari bertemu dengan sel telur
yang tersimpan dalam putik lewat proses
penyerbukan. Tumbuhan tidak dapat menggerakkan benang sari agar bertemu dengan
kepala putik meskipun keduanya terletak dalam satu bunga. Oleh karena itu
dibutuhkan bantuan dari luar, baik lewat transfer makhluk hidup lainnya (hewan
dan manusia) maupun oleh transfer nonmakhluk hidup misalnya angin. Angin mampu menerbangkan serbuk sari
tumbuhan tertentu yang benang sarinya memiliki bulu sehingga mampu terbang
melayang untuk jangka waktu cukup lama
dan menempuh jarak cukup jauh.
Kemampuan angin untuk menggerakkan
suatu benda ternyata tidak terbatas hanya bagi benda-benda yang sangat ringan
seperti serbuk sari, tetapi juga berlaku
bagi benda-benda yang lebih berat, diantaranya system transportasi laut. Angin
mampu menggerakkan kapal layar berukuran besar, seperti kapal harta (baochuan)
dalam ekspedisi Laksaman Cheng Ho. Kemampuan ini memungkinkan
berkembangnya pelayaran lintas samudra
yagg ramai, khususnya antara Samudra Atlantik dan Samudra Hindia, serta
menghubungkan pusat-pusat peradaban manusia di Eropa dan Timur Tengah dengan
Asia Tenggara dan Asia Timur. Allah subhanahuwata’ala berfirman,
“Dan di antara tanda-tanda
kekuasaan-Nya adalah bahwa Dia mengirimkan angin sebagai pembawa berita gembira
dan untuk merasakan kepadamu sebagian dari rahmat-Nya dan supaya kapal dapat
berlayar dengan perintah-nya dan (juga) supaya kamu dapat mencari karunia-Nya,
mudah-mudahan kamu bersyukur.” (Qs Ar-Rum:46)
Prinsip dasar kinerja pesawat terbang
adalah mirip burung, yaitu memanfaatkan embusan angin yang sebagian dialirkan
ke atas dan sebagian lagi mengalir ke
bawah sebuah benda datar. Kecepatan angin dibawah harus lebih lambat sehingga
terjadi tekanan ke atas yang sama besarnya dengan berat benda tersebut. Sebaliknya prinsip dasar
kinerja roket adalah membuang sejauh mungkin pengaruh angin lewat kinerja
mesinnya yang sangat bertenaga sehingga mampu mengatasi hambatan atmosfer dan
gravitasi bumi. Berkaitan dengan hal ini, Allah subhahahuwata’ala berfirman,
“Dan Kami ciptakan untuk mereka yang
akan mereka kendarai seperti bahtera itu.” (Qs Yasin:42)
“Hai jamaah jin dan manusia, jika
kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi maka lintasilah, kamu
tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan.” (Qs Ar-Rahman:33)
Dua ayat tersebut secara tersurat
menjelaskan bahwa setiap media memiliki sarana transortasi (bahteranya)
sendiri, termasuk udara. Namun khusus bagi transportasi antariksa dibutuhkan
kekuatan besar. Kekuatan yang dimaksud kemungkinan adalah kekuatan dalam
mengatasi hambatan dari lapisan udara yang menyelubungi bumi, gravitasi bumi
dan konfigurasi posisi bumi dalam tata surya.
Pemanfaatan udara sebagai media
transoprtasi dideskripsikan Al-Qur’an lewat kisah Nabi Sulaiman alaihi salam .
ia dianugerahi oleh Allah mukjizat pengendalian angin sesuai kehendaknya. Mukjizat
tersebut membuat Nabi Sulaiman mampu menghemat waktu cukup banyak dalam setiap
perjalanannya. Allah subhanahuwata’ala berfirman,
“Kemudian Kami tundukkan kepadanya
angin yang berembus dengan baik ke mana saja yang dikehendakinya” (Qs Shad:36)
“Dan Kami
tundukkan angin bagi Sulaiman, yang perjalannya di waktu pagi sama
dengan perjalanan sebulan dan perjalanannya diwaktu sore sama dengan perjalanan
sebulan (pula)…” (Qs
Saba’:12)
“Dan (telah Kami tundukkan) untuk
Sulaiman angin yang sangat kencang tiupannya, yang berhembus dengan perintahnya
ke negeri yang telah Kami berkati. Dan Kami Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Qs al-Anbiya:81)
Mukjizat Nabi Sulaiman diimplementasikan
sebagai perjalanan berkecepatan tinggi sehingga waktu perjalanannya sangat
singkat disbanding perjalanan normal
(melalui darat) pada masanya. Kini, kita mengetahui perjalanan
berkecepatan tinggi hanya dapat dilakukan lewat media udara yaitu dengan cara
terbang. Indikasi perjalanan Nabi Sulaiman alaihi salam lewat udara tersirat
dalam frasa”… angin yang sangat kencang tiupannya….” Embusan angin yang sangat
kencang, apabila dapat dikendalikan, merupakan prasyarat transportasi manusia
melalui udara.
Baik system transportasi laut, udara
maupun antariksa sangat dipengaruhi oleh dinamika angin. Oleh karena itu, apabila
dinamikanya berkecenderungan buruk, setiap system transportasi itu pun rawan
mengalami kegagalan. Dalam hal ini, Allah subhanahuwata’ala telah berfirman,
“Atau apakah kamu merasa aman dari
dikembalikan-Nya kamu ke laut sekali lagi, lalu Dia meniupkan atas kamu angin
topan dan kamu ditenggelamkan disebabkan kekafiranmu. Dan kamu tidak akan
mendapat seorang penolong pun dalam hal ini terhadap (siksaan) Kami.” (Qs Al-Isra:69)
Selain dari manfaat yang begitu
banyak bisa didapatkan karena angin, namun angin pun dapat menjadi badai yang
mampu menerbangkan benda-benda di permukaan bumi. Bergantung dari kecepatannya
benda-benda yang mampu diterbangkan adalah mulai dari butir-butir pasir yang
ringan, batu hingga benda-benda yang lebih berat. Allah subhanahu wata’ala
berfirman,
“Demi (angin) yang menerbangkan
debu dengan kuat.” (Qs Dzariyat:1)
“Maka apakah kamu merasa aman (dari
hukuman Tuhan) yang menjungkirbalikkan sebagian daratan bersama kamu atau Dia meniupkan (angin keras yang membawa)
batu-batu kecil? Dan kamu tidak akan mendapat seorang pelindung pun bagi
dirimu.” (Qs
Al-Isra:68)
“Maka tatkala mereka melihat azab itu
berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka, mereka berkata, ‘inilah awan
yang akan menurunkan hujan kepada kami. (Bukan!) bahkan, itulah azab yang kamu
minta supaya datang dengan segera (yaitu) angin yang mengandung azab yang pedih,
yang menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Tuhannya, maka jadilah mereka
tidak ada yang kelihatan lagi kecuali (bekas-bekas) tempat tinggal mereka. Demikianlah
Kami memberi balasan kepada kaum yang berdosa.” (Qs Al-Ahqaf :24-25).
Sumber :Muh. Ma’rufin Sudibyo
Semoga Bermanfaat
By: Aina Azzahah
Wassalamu'alaykum warahmatullahi wabarakatuh
Baca Juga:
Perbuatan Yang Diharamkan
Cerita Lucu Dr. Zakir Naik Tentang Malaikat Jibril Meninggal
Kisah Malaikat Jibril
Hal-Hal Yang Berkaitan Dengan Najis
terima kasih artikelnya sangat bermanfaat salam dari MUKENA UMRAH
BalasHapusSubhanallah..artikel yg bagus utk dibaca. Mg bs menambah ilmu dan rasa syukur kita 😇amiin...
BalasHapusMakasih ya,artikelnya bermanfaat
BalasHapus