Aku Seorang Istri (Bagian 2)



Tugas utama seorang istri adalah menaati suami dalam segala hal. Bahkan jika mau diurutkan, seorang istri harus lebih dulu menaati suami, setelah itu orang tua. Berdasarkan hadits Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam yang berbunyi: "
عن أبي هريرة، عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: لو كنت آمرا أحدا أن يسجد لأحد لأمرت المرأة أن تسجد لزوجها

Dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu'alaihi wasallam beliau bersabda: "Andai boleh kuperintahkan seseorang untuk bersujud kepada yang lain tentu kuperintahkan seorang istri untuk bersujud kepada suaminya." (HR. Tirmidzi no 1159)


Namun taat kepada suami harus sesuai dengan perintah Allah, jika melanggar perintah Allah misalnya disuruh menanggalkan jilbab maka meskipun dia adalah suami, namun dalam hal ini tetap tidak boleh ditaati. Dan ketika seorang istri diperintahkan lebih taat kepada suami ketimbang orang tua, bukan berarti ia tidak lagi harus menaati orangtuanya. Justru ia harus lebih taat lagi kepada kedua orang tuanya untuk memberikan contoh kepada anak-anaknya kelak agar anaknya pun tumbuh menjadi seorang anak yang berbakti kepada orang tuanya. Dan tentu saja, kata "ah" masih berlaku untuk tidak dilontarkan dihadapan orang tua dan juga tidak boleh meninggikan suara di hadapan orang tua. Sederhananya suami dan orang tua harus ditaati namun lebih mendahulukan ketaatan kepada suami barulah orang tua, sedangkan suami mendahulukan ketaatan kepada kedua orangtuanya, barulah kemudian sang istri.

Nah, salah satu bentuk ketaatan istri adalah melayani suami. Salah satunya adalah membuatkan makanan dan kue-kue yang disukainya. Namun, tidak semua istri pandai dalam hal memasak, aku salah satunya yang beberapa kali mencoba buat kue selalu gagal. Namun Alhamdulillah untuk memasak menu sehari-hari sudah mulai jago dan selalu dipuji. Entah pujiannya palsu atau hanya karena ingin menyenangkan hatiku, labasa (tidak apa-apa). Yang terpenting adalah kalimat-kalimat pujian masuk di telinga kanan dan kiriku itu sudah membuatku bahagia dan tambah bersemangat lagi untuk memasak. 

Tidak semua istri yang pandai memasak mau memasak di dapur rumahnya. Cukup membeli makanan siap saji untuk suaminya, dan tugas utamanya adalah mengetahui dimana toko-toko makanan yang lezat untuk dimakan. Apalagi di zaman sekarang sudah banyak tersedia makanan siap saji di warung-warung. Mau beli sayur tersedia beberapa jenis, ikan, ayam, daging dan makanan lainnya. Jadi tidak memasak pun, ia bisa mengganti menu makanan tiap hari tanpa harus terjun langsung berperang dengan pisau-pisau dan alat-alat dapur lainnya. Semua serba simple dan praktis.

Lihatlah bagaimana fenomena zaman sekarang. Bukankah merupakan sebuah aib jika seorang wanita hanya tahu bagaimana cara makan saja?
Keadaan ini terus berlarut dan membuat istri itu tidak menyadari kalau ia adalah seorang istri yang gagal. Lalu mengapa ia tidak mencontoh apa yang telah dilakukan oleh Fatimah binti Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam sebagai ratu perempuan ahli surga dan anak perempuan penutup para Nabi dan utusan Allah subhanahu wata'ala yang senantiasa memasak buat suaminya Ali Bin Abi Thalib. Membuat masakan hasil kreasi kedua tangannya sendiri. Fatimah mau menggiling tepung dan gandum sendiri lalu membuat roti untuk keluarganya.

Kita juga takkan pernah lupa dengan keindahan perkataan Nabi shallallahu'alaihi wasallam yang telah menceritakan Ummul Mukminin Aisyah radhiallahu'anha sebagai istri yang berhasil. Ia adalah kekasih Rasulullah shallallahu'alahi wasallam dan anak gadis Abu Bakar Ash-Siddiq. Pada suatu kesempatan, Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam bersabda: Keutamaan Aisyah atas semua perempuan adalah seperti keutamaan roti (makanan pokok) dari segala macam makanan."

Marilah kita lihat perjuangan Sarah istri Nabi Ibrahim 'alaihi ssalam yang telah berusia senja namun selalu berusaha untuk menyiapkan masakan yang paling baik dan lezat. Sesungguhnya Nabi Ibrahim 'alaihi ssalam menghampiri istrinya sambil membawa anak sapi yang gemuk dagingnya agar dihidangkan untuk para tamu. Tapi ternyata orang yang bertamu ke ruamahnya adalah malaikat yang tidak makan dan tidak minum. Meskipun demikian, istri Nabi Ibrahim tetap menghidangkannya untuk tamu-tamu tersebut.

Karena kisah inilah mari kita berupaya untuk bisa mencontoh Fatimah putri Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam dan para sahabiyah dan para istri solehah lainnya sebagai istri yang berhasil menyejukkan rumah tanggannya dengan berupaya mebuat makanan untuk suami dan keluarganya lewat kedua tangannya sendiri. Semoga dengan inilah yang akan menjadi ladang pahala terbesar buat para istri yang dengan tulus hati menyiapkan segala makanan meskipun terasa lelah. Sebab Fatimah pun pernah merasakan lelah dalam mengurus rumah tangganya sehingga mendatangi Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam untuk diberikan seorang budak atau pembantu. Namun Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam tidak memberikannya. Beliau hanya menasehati Fatimah radhiyallahu'anha dan Ali Bin Abi Thalib radhiyallahu'anhu. Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam bersabda:
"Maukah kutunjukkan kalian sesuatu yang lebih baik dari apa yang kalian minta?Tanya beliau. Jika kalian berbaring di atas tempat tidur, maka ucapkanlah takbir (Allahuakbar) 34 kali, tahmid (alhamdulillah) 33 kali, dan tasbih (subhanallah)33 kali. Itulah yang lebih bagi kalian dari pada pembantu yang kalian minta.

Sejak mendengar petuah Rasulullah tadi, Ali tak pernah lalai meninggalkan wirid tadi. Ia selalu membacanya bahkan di malam perang Siffin. Sebagaimana disebutkan dalam salah satu riwayat Imam Bukhari.

Semoga Bermanfaat


By: Aina Az-Zahrah
Bengkulu, 5 Oktober 2015

-Wassalamu'alykum warahmatullahi wabarakatuh-

Baca Juga:


Komentar

Postingan Populer