Perbuatan Yang Diharamkan (Bagian 3)



Perkara haram yang ketiga:
Nabi shallallahu'alaihi wasallam menyebutkan beberapa perkara haram, diantaranya adalah: "Menahan dan meminta."

Arti"menahan" yaitu menahan perkara-perkara wajib yang harus dia tunaikan, seperti:
>>Zakat, merupakan hak orang-orang miskin yang seharusnya dia tunaikan tapi tidak ditunaikan.
>>Nafkah-nafkah yang wajib yang harusnya diberikan kepada orangtuanya, anak dan istrinya tapi dia tidak keluarkan haknya.
>>Nafkah wajib kepada pekerjanya yaitu gaji tapi dia tidak keluarkan.

Arti"meminta" yaitu dia hanya meminta. Hak orang lain tidak dia berikan sementara dia menuntut haknya bahkan menuntut perkara-perkara yang bukan haknya. Oleh karenanya seseorangjangan hanya bisa menuntut saja tapi tidak menunaikan kewajibannya. Dan banyak model orang seperti ini, yang hanya menuntut tapi lupa bahwasanya dia punya tanggungjawab yang harus dia sampaikan.

Perkara haram berikutnya,
Rasulullah shallallahu'alaihiwasallam bersabda, "Dan Allah membenci bila kalian 'qila wa qala' (berkata hanya berlandaskan katanya)."
Dan ini peringatan kepada kita semua.

Di zaman sekarang, dimana begitu banyak media, berita-berita yang tersebar di internet banyak sekali yang belum tentu benar. Dan tidak boleh kita menyebarkan setiap berita yang datang tanpa kita cek terlebih dahulu. Apalagi datangnya dari situs-situs yang tidak jeals ketsiqahannya. Bukankah Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam bersabda,
"Cukuplah seorang (dikatakan) berdusta jika dia menyampaikan seluruh apa yang dia dengar." HR. Muslim

Karena kalau kita menyampaikan seluruh kabar dan namanya kabar pasti ada tambahan, kekurangan atau dusta di dalamnya. Belum lagi kabar-kabar yang berkaitan dengan ghibah, namimah maka kita ikut menyebarkan "katanya dan katanya" ini.

Dalam hadits, juga Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam bersabda,"Sungguh buruk (seburuk-buruk) tunggangan seseorang adalah perkataan 'mereka menduga'." HR. Abu Dawud
Maksudnya adalah seorang menukil berita namun tidak jelas sumber perkataan tersebut (katanya begini, menurut dugaan/dugaannya begini).

Hal ini dilarang oleh Nabi shallallahu'alaihi wasallam. Ingatlah sabda Nabi shallallahu'alaihi wasallam:
"Diantara keindahan islam seseorang adalah dia meninggalkan perkara yang tidak penting baginya." Hadits hasan, diriwayatkan oleh at-Tirmidzi no 2318 dan yang lainnya
 Oleh karena itu kalau ada kabar yang tidak jelas dan tidak bermanfaat baginya dan bagi agamanya maka tidak perlu disebarkan. Jangan sampai kita benar-benar termasuk dalam perkataan Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam, "Cukuplah seseorang dikatakan pendusta jika menyampaikan semua apa yang dia dengar."

Perkara haram kelima.
Kemudian perkara haram berikutnya adalah "banyak soal"
"Soal" dalam bahawa arab bisa memiliki dua makna yaitu: 
*makna pertama: Pertanyaan
*makna kedua : Meminta
Dan keduanya ini dilarang, terlalu banyak bertanya dan terlalu banyak meminta.

Makna pertama: Terlalu banyak bertanya
Adalah bertanya hal-hal yang tidak bermanfaat, seperti bertanya tentang hal-hal mustahil terjadi atau pertanyaan yang tujuannya untuk mencari keringanan. Pernah seorang ustadz ditanya:
"Ustadz, apa hukum makan daging dinosaurus?"
Ini pertanyaan yang tidak bermanfaat. Dinosaurus sudah tidak ada, kalaupun dahulu ada maka siapa yang menyembelih dan siapa yang mau makan dagingnya? Atau pertanyaan lainnya, "Apalah dinosaurus perndah ada?" ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang tidak ada manfaatnya. Contohnya lagi, "Ustadz, misal kalau saya di bulan, kapan saya shalat dzuhur?" Kalau pertanyaan berkaitan dengan seorang yang memang astronot maka tidak mengapa tetapi kalau kita bukan astronot dan hanya tinggal di rumah serta tinggal di bumi maka untuk apa bertanya yang seperti ini?

Makna kedua: Terlalu banyak meminta
Seseorang tidak dilarang untuk bekerja dengan dirinya sendiri dan tidak mengharapkan bantuan oranglain. Tapi kalau terlalu sering meminta tolong kepada orang lain maka hatinya akan kurang bergantung kepada Allah subhanahu wata'ala. Hendaknya seseorang bergantung hanya kepada Allah subhanahu wata'ala, berusaha menjaga kehormatan ('izzah) dirinya.

Dalam hadits Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam mengatakan: "Senantiasa salah seorang diantara kalian meinta dan meminta sampai dia bertemu Allah di hari kiamat dalam kondisi wajahnya tidak ada dagingnya sama sekali." (Bukhari no 1405 dan Muslim no 2443).

Artinya Allah membalas perbuatan tidak tahu malu yaitu meminta-meminta yang terus-menerus (takatstsuran) yaitu sudah punya tetapi meminta lagi dan lagi. Adapun orang yang meminta karena butuh dan benar-benar tidak punya dan butuh bantuan maka tidak dilarang. Yang dilarang adalah jika sebenarnya dia bisa berusaha sendiri dan tidak terlalu perlu meminta tapi meminta-minta terus. Ini yang bisa menghinakan diri seseorang dihadapan manusia dan Allah Subhanahu wata'ala.

Ustadz Firanda Andirja, MA

Semoga bermanfaat yah
Wassalamu'alaykum warahmatullahi wabarakatuh
By: Aina Azzahrah


Komentar

Postingan Populer