Peristiwa Peletakan Hajar Aswad
Ketika Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam berumur 35 tahun, orang-orang Quraisy berselisih paham tentang siapa yang berhak meletakkan Hajar Aswad di tempatnya, maka Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam menjadi penengah di antara mereka.
Ketika Rasulullah shallallahu'alahi wasallam berusia 35 tahun, datang banjir besar yang menyebabkan dinding-dinding Ka'bah rusak beserta pondasinya, saat itu orang Quraisy bermaksud merobohkannya dan membangunnya dari awal. Namun tidak ada yang berani memulai, mereka khawatir terjadi apa-apa. Hingga muncullah al-Walid bin al-Mughirah yang memulai dan diikuti oleh yang lainnya. Hingga dinding Ka'bah roboh dan sampai pada pondasi yang dibangun oleh Nabi Ibrahim 'alaihissalam. Mereka membiarkan pondasi sebagaimana awalnya dan mulai kembali membangun dinding-dinding Ka'bah dari infak bersama dengan syarat harta tersebut bukan hasil prostitusi, transaksi riba maupun dari hasil kezholiman. Semua harta yang digunakan harus bersumber dari uang halal. (Lihat siroh Ibnu Hisyam 1/209)
Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam juga terlibat dalam pembangungan Ka'bah tersebut. Dari Jabir bin Abdillah berkata: "Tatkala Ka'bah dibangun Nabi shallallahu'alaihi wasallam pergi bersama al-Abbas, mereka bedua mengangkat batu..." (HR.Bukhari)
Saat tiba peletakan Hajar Aswad, mereka berselisih tentang siapa yang berhak meletakkannya karena ingin mendapatkan kemuliaan dari tugas tersebut. Bani abdud Dar dan Bani Adi Ka'ab bersumpah untuk siap mati demi mendapatkan kemuliaan itu, peristiwa menegangkan ini terjadi beberapa hari. Hingga muncul orang sepuh diantara mereka yang bernama Abu Umayyah bin al-Mughirah memberikan usulan bahwa orang yang pertama masuk mesjid, maka ia lah yang diangkat menjadi penengah. Mereka menerima usulan tersebut dan ternyata yang masuk adalah Muhammad shallallahu'alaihi wasallam. Mereka berkata, "Ini (Muhammad shallallahu'alaihi wasallam) adalah orang yang terpercaya, kami setuju." (Lihat fiqih as-Siroh Lisysyaikh Zaid az-Zaid)
Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam menyelesaikan konflik ini dengan membentangkan kain lalu mengambil hajar aswad dan meletakkannya di atas kain tersebut dan meminta setiap pemimpin Kabilah memegang setiap ujung kain dan mengangkat hajar aswad ke tempatnya, setelah itu Nabi meletakkannya sendiri. Karena solusi dari Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam ini, orang-orang Quraisy terhindar dari pertumpahan darah di antara mereka.
Pelajaran yang bisa kita ambil adalah orang Quraisy tidak menginfakkan harta yang haram untuk pembangunan Ka'bah. Mereka memahami tentang kejinya riba sehingga memasukkannya dalam pembangunan Ka'bah. Padahal ini terjadi sebelum datangnya islam. Lalu bagaimana dengan sekarang yang setelah datangnya Islam ternyata riba malah semakin marak dalam masyarakat. Tentu hal ini sangat menyedihkan.
Penyebab utama dalam mempengaruhi orang lain adalah ahlak dan moral. Muhammad shallallahu'alaihi wasallam masuk ke dalam permasalahan besar namun karena akhalkanya, beliau shallallahu'alaihi wasallam diterima bahkan mereka bergembira dengan keputusan Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam karena ia orang yang terpercaya.
Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam bahkan sebelum kenabian mencegah terjadinya pertumpahan darah dan setelah munculnya Islam, Beliau shallallahu'alaihi wasallam mampu mempersatukan manusia yang berpecah belah di bawah satu bendera yaitu bendera keislaman.
Wallahuta'ala 'alam
Oleh: Ustadz Marzuki Umar, Lc
Sirah Nabawiyah dari kitab "al-Khullaashoh al-Bahiyyah fiy Tartiibi Ahdaats as-Sirah an-Nabawwiyyah."
Semoga bermanfaat
By: Aina Azzahrah wanita si cahaya mata
Wassalamu'alykum warahmatullahi wabarakatuh.
Komentar
Posting Komentar